Kehancuran sebuah bangsa juga disebabkan oleh kemaksiyatan yang dilakukan penduduknya. Sehingga langit dan bumi menjadi pelit untuk mengeluarkan berkahnya. Justru alam semakin mengisolir kehidupan kita dengan berubah menjadi bencana. Lihatlah, bagaimana bencana beruntun menimpa negeri ini. Mulai tsunami, gunung berapi, gempa bum, hingga lumpur menyembur dari perut bumi, seakan tidak mau henti. Syaikh Ibnu Taymiyah juga mengatakan, ”Bahwa ketika sebuah bangsa mentauhidkan Allah, maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang aman sejahtera. Tetapi sebaliknya, jika penduduknya menyekutukan Allah, maka akan datang berbagia azab yang datang melanda.”
Dari fakta sejarah, dapat ditemukan juga sebuah bukti, bahwa kehancuran sebuah bangsa, adalah ketika kemungkaran merajalela. Seperti, kaum Tsamud karena penentangan mereka kepada Allah swt, mereka dihancurkan semua. Yang menakjubkan, meski petir yang Allah kirim itu memusnahkan seluruh kaum Tsamud namun bangunan hasil karya mereka tetap dibiarkan utuh oleh-Nya. Maksudnya tak lain agar menjadi bukti bagi kita, kaum yang hidup sesudahnya, tentang keberadaan suatu kaum ahli bangunan yang telah Allah binasakan karena kekafiran mereka. “Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka...” (Q.S.Al-Ankabut:38).
Allah berfirman, “Dan ketika masyarakat itu lupa akan apa-apa yang diperingatkan Allah…. Maka kami timpakan kepada mereka bencana dahsyat yang datang tiba-tiba hingga mereka berputus asa. (6:44). Dalam ayat lain: “Tidakkah kalian perhatikan berapa banyak bangsa-bangsa yang telah kami hancurkan sebelum mereka, padahal Kami telah berikan kekuasaan yang kokoh kepada mereka di muka bumi…” (6:6).
Dalam sebuah hadistnya, rasul juga bersabda,” Wahai para Muhajirin: ada 5 perkara (sebab kehancuran). Jika kalian ditimpa 5 perkara tersebut dan aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak menjumpainya.
1. Tidaklah muncul perbuatan keji pada suatu kaum hingga mereka melakukan terang-terangan melainkan akan menyebar di tengah-tengah mereka wabah tha'un dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada nenek moyang sebelum mereka.
2. Tidaklah megurangi takaran dan timbangan melainkan akan ditimpakan kepada mereka paceklik, kesempitan (krisis) ekonomi dan kesewenang-wenangan (kezhaliman) para penguasa atas mereka.
3. Tidaklah mereka menahan zakat harta mereka melainkan akan ditahan hujan atas mereka, seandainya bukan karena hewan ternak, niscaya tidak akan turun hujan atas mereka.
4. Tidaklah mereka melanggar perjanjian yang ditetapkan Allah dan Rasul-nya melainkan Allah akan menguasakan musuh-musuh dari luar kalangan mereka atas mereka, lalu merampas sebagian yang ada ditangan mereka.
5. Selama pemimpin-pemimpin mereka tidak berhukum kepada Kitabullah dan memilih yang terbaik dari yang diturunkan Allah melainkan akan Allah jadikan musibah diantara mereka sendiri.
Sadaraku, kita ingat awal-awal pemerintahan Presiden SBY negeri ini harus berduka karena ratusan ribu nyawa meninggal akibat Tsunami di Aceh. Tak selang berapa lama berbagai bencana alam melanda negeri ini. Gempa Jogja dan Klaten, Tsunami di Pangandaran dan kecelakan tranportasi baik laut, udara dan darat silih berganti. Dan baru saja di akhir pemerintahan SBY, datanglah bencana berupa Tsunami kecil akibat jebolnya Situ Gintung di Tanggerang. Tentu semua ini bukan hanya kebetulan, sudah saatnya penduduk negeri ini untuk instrofeksi diri. Bertobat dan banyak mendekat kepada ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar