Ketika itu pada tahun 2004 di Taman Bungkul Surabaya, saya menyaksikan penampilan Pepeng Subardi yang sukupmenarik sebagai MC dalam sebuah kampanye terbuka PKS. Tapi kini, kondisinya sudah tidak seperti dulu lagi. Ia sejak tahun 2005 terserang MS sebuah penyakit yang lazim terjadi di benua Eropa dan belum ada obatnya.
Sekarang beliau lumpuh dari perut ke bawah. Pepeng, presenter dan komedian itu hanya bisa berbaring ditempat tidur. Dan untuk aktivitas keluar ia dibantu kursi roda, itupun dengan perjuangan yang berat karena rasa sakit yang luar biasa bila anggota tubuhnya bergerak sedikit saja. Seperti usahanya kemarin untuk melihat dunia luar, ia diundang dalam acara reality show di sebuah stasiun televisi untuk menceritakan hal ihwal penyakitnya.
Saya cukup dibuat terhibur sekaligus kagum, beliau dalam kondisi seperti itu dalam ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya tidak menampakkan sebuah penderitaan. Ia masih kocak, dengan banyolan khasnya. Luar biasa! ia begitu tegar.
“Saya tidak pernah menghiba-hiba kepada Allah, “kenapa saya begini!” tapi saya selalu bersyukur dan berpikir positif. Saya masih mempunyai istri yang cantik dan setia, saya masih punya anak-anak yang sehat. Dan anak pertama saya sebentar lagi akan diwisuda,” jelasnya.
Diantara tamu yang diundang dalam acara realty show tersebut juga hadir seorang wanita dengan penyakit yang hampir sama dengan Pepeng. Ia mengemukakan kiat untuk meredakan sakitnya. “Saya menggunakan tiga hal untuk menerapi penyakit. Pertama saya menggunakan terapi lewat pikiran, artinya saya selalu berusaha berpikir positif dan menjadika rasa sakit itu sebagai sebuah kewajaran dan teman. Kedua lewat mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan ketiga lewat terapi menulis,” jelasnya menanggapi kisah penyakit Pepeng.
Kemudian Pepeng juga menanggapi, akan pentingnya selalu berpikir postif. Ia mengutip sebuah hadits qudsi,”bahwa Allah selalu bersama prasangka hambanya,”. Kalau kita berprasangka baik, tentu kejadiannya juga baik.
Saudara, kisah diatas betul-betul mengajarkan rahasia ketegaran ketika rasa sakit sudah tidak tertahankan. Mereka tetap semangat dan memiliki gairah hidup yang berkobar-kobar. Semboyannya tidak akan menyerah sebelum ajal datang. Optimisme itulah ruh dari daya tahan melawan sakit dan beban hidup yang maha berat. Selain itu walapun fisiknya lemah mereka tetap aktif sebatas kemampuan yang masih tersisa. Misalnya mereka tetap membaca dan menulis serta surfing ke dunia maya.
Secara pribadi, sebetulnya saya juga mengidap penyakit yang termasuk 5 besar pembunuh tertinggi manusia, yaitu jantung. dr. Paul Harjono spesialis jantung dari
Sejak itu saya dirawat intensif oleh kakak saya sendiri yang kebetulan juga seorang perawat. Dan alhamdulilah seiring waktu berjalan sampai anak tiga dan istri satu saya tidak pernah mengalami nyeri didada. Bisa jadi, walaupun secara teori saya tidak tahu, memang saya kondisikan dirku untuk enjoy saja tidak terbebani oleh penyakit yangs saya derita. Saya tetap beraktivitas lumrah, bahkan hoby saya dintaranya adalah naik gunung. Saya sudah dua kali menaklukkan Gunung Lawu, Gunung Gandul dllnya. Saya juga pernah ikutan latihan fisik yang keras sewaktu menjadi anggota pandu.
Tapi, ada gejala psikis yang sulit hilang dan setelah saya sharing dengan orang-orang yang berpenyakit jantung, ternyata mempunyai kesamaan, yaitu sangat sensitif, mudah tersinggung, ngambekan dll. Rasa itu walaupun secara pemahaman sudah tahu itu tidak baik, tapi sepertinya tubuh ini bereaksi sendiri tanpa terkendali. Bila sedang mengalami suasana seperti itu, satu-satunya jalan untuk meredakan adalah dengan pergi meningalkan pusat masalah atau menulis buku diary. Bila tidak hati menjadi sumpek dan pikiran kacau.
Belum lama ini, saya juga diingatkan keponakan yang sedang kuliah kedokteran, ”lek njenengan itu hidup sampai sekarang merupakan sebuah “keajaiban”, karena secara medis orang yang aortanya bocor itu darah bersih dan kotornya bercampur,”.
Sebagai manusia saya kadang ngeri juga. Bahkan kalau sedang bekerja dan kebetulan harus menempuh perjalanan yang jauh saya sering dihantui akan datangnya kematian yang begitu dekat. Biasanya saya langsung memperbanyak istighfar dan berdoa’a seperti ini, “ya Allah janganlah kau ambil nyawaku sebelum kusiap menghadap-Mu, sebelum pahalaku lebih besar dari dosa-dosaku, sebelum membahagiakan keluargaku terutama orang tuaku, sebelum mendapat keridhoan dari orang-orang yang pernah tersakiti olehku, sebelum lunas hutang-hutangku, dan ku ingin mati dengan syahid dijalan-Mu,”. Setelah agak stabil kemudian aku mampir ke restoran untuk makan-makanan yang lezat. Siapa tahu ini benar-benar makan untuk yang terakhir kali.
Akhirnya bagi siapapun yang mengalami sakit parah, atau sedang didera masalah mari bersikap optimis, dan jangan pernah menyerah nikmatilah hidup yang indah ini. Sebab, life is beutiful.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar